BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika
menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003:6) merupakan suatu bahan
kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui melalui proses
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis
dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika agar mudah
dimengerti oleh siswa, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal
pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk
menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.
Pengajaran
menurut Rohani (2004:4) merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas
mengajar dan aktivitas belajar. Pengajaran matematika akan bisa disebut
berjalan dan berhasil dengan baik, manakala ia mampu mengubah diri peserta
didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dan dapat dirasakan manfaatnya
secara langsung.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh
informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di
dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat.
Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, dan mengelola dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif.
Kemampuan
ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang
dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika, agar siswa dapat berpikir
secara sistematis, logis, berpikir abstrak, menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah, serta melakukan komunikasi dengan menggunakan simbol, tabel,
grafik dan diagram yang dikembangkan melalui pembelajaran yang dilakukan secara
bertahap dan berkesinambungan.
Pembelajaran
matematika memerlukan media yang sesuai, karena menurut Mulyasa (2005:47) suatu
faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antara lain belum
dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh
peserta didik. Menurut Djamarah (2002:136) bahan ajar merupakan wahana penyalur
informasi belajar.
Menurut
Suharta (2001:1) dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya
dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan belajar
matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami
konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika di kelas
ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman
anak sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang
telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat
penting dilakukan.
Oleh
karena itu, Guru ingin melakukan penelitian dengan judul Upaya Memingkatkan
Prestasi Belajar Bangun Ruang Melalui Penggunaan Media Benda Asli Siswa Kelas IX.B
SMP Negeri 2 Buay Madang.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan
mendasar dalam penelitian ini adalah sebagian besar siswa kelas IX.B SMP Negeri
2 Buay Madang kurang memahami konsep bangun ruang. Bertitik tolak dari uraian
di atas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
Apakah
penggunaan media benda asli dapat meningkatkan prestasi belajar bangun ruang
siswa kelas IX.B SMP Negeri 2 Buay Madang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
Untuk
mengetahui apakah penggunaan media benda asli dapat meningkatkan prestasi
belajar bangun ruang siswa kelas IX.B SMP Negeri 2 Buay Madang.
D. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a.
Bagi guru, hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan proses
pembelajaran pada materi bangun ruang kelas IX.B SMP Negeri 2 Buay Madang.
b.
Bagi kepala sekolah,
hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan tentang
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, melalui pelatihan bagi guru
tentang media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
c.
Bagi siswa, penelitian
ini bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran dengan
mempergunakan media pembelajaran benda asli, karena suasana pembelajaran
menyenangkan, motivasi belajar siswa meningkat, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan prestasi belajar siswa.
E. Ruang Lingkup dan
Keterbatasan
Ruang
lingkup dalam penelitian ini adalah hanya pada materi matematika pada konsep
bangun ruang. Materi tersebut merupakan materi pada mata pelajaran matematika
Kelas IX.B semester gazal pada kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan).
Penelitian
ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus, di mana
pada setiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
F. Definisi Operasional
Pada
penelitian ini definisi operasionalnya adalah:
a.
Prestasi belajar bangun
ruang adalah hasil yang dicapai seseorang di dalam proses belajar mengajar pada
materi bangun ruang setelah diadakan evaluasi.
b.
Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
c.
Media benda asli adalah
benda yang sebenarnya yang dapat diamati secara langsung oleh panca indera
dengan cara melihat, mengamati, dan memegangnya secara langsung tanpa melalui
alat bantu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bangun Ruang
Bangun
ruang adalah bangun tiga dimensi, yaitu bangun yang dapat dilihat dari semua
sisinya. Media pembelajaran berupa model bangun ruang dapat dijadikan media
pengajaran. Benda asli sangat membantu guru dalam menerangkan sesuatu kepada
siswa untuk memahami materi yang disampaikan.
Model
bangun ruang adalah media yang dibuat dengan ukuran tiga dimensi sehingga
menyerupai benda aslinya untuk menjelaskan hal-hal yang tak mungkin kita
peroleh dari benda yang sebenarnya. Model bangun ruang dapat dibuat dalam
ukuran lebih besar atau lebih kecil dari benda aslinya, atau memperlihatkan
bagian-bagian yang rumit dari sebuah benda yang sebenarnya keadaan tertutup.
B. Pengertian Media
Benda Asli
Dalam
suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode
mengajar dan metode pengajaran. Kedua aspek ini sangat berkaitan. Pemilihan
salah satu media mengajar tentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang
sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam
memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang
diharapkan dikuasai siswa setelah pembelajaran yang berlangsung dan kontak
pembelajaran, termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan
bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang
ditata dan diciptakan oleh guru.
Mau
tak mau sebagai guru atau instruktur harus mengakui bahwa guru bukanlah
satu-satunya sumber belajar. Istilah proses belajar mengajar atau kegiatan
belajar mengajar hendaknya diartikan sebagai proses belajar dalam diri siswa
terjadi baik secara langsung mengajar (guru, instruktur) ataupun secara tidak
langsung. Belajar tak langsung artinya siswa secara aktif berinteraksi dengan
media atau sumber belajar yang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Latuheru
(1993:4) yang dikutip oleh Arsyad (2006:4) memberi batasan media sebagai sebuah
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar
ide, gagasan, atau pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang
dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
Media
juga seringkali diartikan sebagai alat yang dapat dilihat dan di dengar.
Alat-alat ini dipakai dalam pengajaran dengan maksud untuk membuat cara
berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan alat-alat ini, guru
dan siswa dapat berkomunikasi lebih mantap, hidup dan interaksinya bersifat banyak
arah. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986:4) dalam Arsyad (2006:4)
bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal
apabila menggunakan alat bantu yang disebut dengan media komunikasi. Sedangkan
menurut Gagne dan Briggs (1975:4) dalam Arsyad (2006:4) media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran, yang terdiri dari: buku, tape recorder, Benda Nyata, video camera,
video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi,
dan computer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana
fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan pengertian media menurut Asosiasi Pendidikan
Nasional (National Education Association/NEA) yang dikutip oleh Wijaya
(1991:137) adalah bentuk-bentuk komuniaksi baik tercetak maupun audio visual
serta peralatannya dan media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,
didengar dan dibaca. Dan batasan yang diberikan dari pengertian media disini
yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi.
Dari
beberapa pendapat diatas tentang pengertian media dapat diambil kesimpulan
bahwa: (1) Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang
berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran
dapat tercapai dengan sempurna, (2) Media berperan sebagai perangsang belajar
dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam
meraih tujuan-tujuan belajar, (3) Adapun yang disampaikan oleh guru mesti
menggunakan media, paling tidak yang digunakan adalah media verbal yaitu berupa
kata-kata yang diucapkannya dihadapan siswa, (4) Segala sesuatu yang terdapat
dilingkungan sekolah, baik berupa manusia ataupun bukan manusia yang pada
permulaannya tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar setelah dirancang
dan di pakai dalam kegiatan tersebut. Lingkungan itu berstatus media sebagai
alat perangsang belajar.
1.
Jenis Media
Bermacam-macam
peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada
siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang
masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Maka dari
itulah guru-guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku
siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai
format media. Dan dari pengalaman mereka, guru mulai belajar melalui media
visual, sebagian melalui media audio, sebagian lagi senang melalui media cetak
yang lain melalui media audio visual, dan sebagainya.
Berbagai
jenis media yang dapat digunakan dalam proses komunikasi pembelajaran menurut
Koyo Kartasurya (1991,140) seperti yang dikutip oleh Wijaya (1991:140)
digolongkan menjadi: (1) Media visual meliputi gambar/tato, sketsa, diagram,
charts, grafik, kartun, poster, peta dan globe, (2) Media dengar meliputi
radio, magnetic, tape recorder, magnetic sheet recorder, laboratorium bahasa,
(3) Projected still media meliputi slide, film strip, over head projector,
opaque projector, techitoscope, micro projector, micro film, (4) Projected
motion media, meliputi film, film loop, televisi, closed circuit television (CC
TV), video tape recorder, computer. Sedangkan menurut Amir Hamzah Suleiman
(1981,140) ) seperti yang dikutip oleh Wijaya (1991:140) jenis-jenis media
dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Alat-alat visual dua dimensi pada bidang
yang tidak transparan yang meliputi gambar, gambar yang diproyeksikan dengan
opaque projector, lembaran balik, wayang beber, grafik, diagram, bagan, peta,
poster, gambar hasil cetak saring, foto dan gambar sederhana dengan garis dan
lingkaran, (2) Berbagai macam papan yang meliputi papan tulis, papan flannel,
papan magnet (white board) dan papan peragaan, (3) Alat-alat visual tiga
dimensi yaitu meliputi benda asli, model, barang contoh atau specimen, alat
tiruan sederhana atau mock-up, diaroma, pameran, dan bak pasir, (4) Alat-alat
audio yang meliputi tape-recorder dan radio, (5) Alat-alat audio visual murni
yang meliputi film suara, (6) Demonstrasi dan widyawisata.
Dari
berbagai penjelasan diatas tentang jenis-jenis media, maka dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya jenis-jenis media ini dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu: (1) Media Dua Dimensi, Media dua dimensi merupakan media yang hanya
dapat dipandang baik dengan bantuan proyektor atau tanpa bantuan proyektor.
Misalnya: Gambar, sketsa, diagram, bagan, grafik, chart, lembaran balik, poster
peta, dll, (2) Media Benda Nyata, Media tiga dimensi merupakan media yang dapat
dipandang dari segala arah dan diraba bentuknya, dimana media tiga dimensi
mewujudkan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Misalnya: benda asli, model,
alat tiruan sederhana (mock-up), barang contoh (specimen), diaroma.
2.
Pemilihan Media
Pembelajaran
yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran juga memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian,
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media
dalam kegiatannya di kelas, seringkali didasarkan atas pertimbangan, antara lain:
(1) Merasa akrab dengan media tersebut, (2) Ingin memberi gambaran atau
penjelasan yang lebih konkrit, (3) Media yang dipilihnya dapat menarik minat
dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan
terorganisasi.
Pertimbangan
ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang
telah ia tetapkan. Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat
kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karasteristik) media yang bersangkutan.
Pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteknya bahwa media merupakan
komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun
tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karasteristik
siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu
dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan. Sedangkan
menurut Dick dan Carey (1978:86) yang dikutip oleh Sadiman (2006:86)
menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya.
Setidaknya masih ada 4 (empat) faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan media, yaitu: (1) Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media
tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri,
(2) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga,
dan fasilitasnya, (3) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan
ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama, (4) Artinya media bisa
digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta
mudah dijinjing dan dipindahkan, (5) Efektifitas biayanya dalam jangka waktu
yang panjang.
Dan
menurut Heinich dan kawan-kawan (1982:67) seperti yang dikutip oleh Arsyad
(2006:67) mengajukan model perencanaan penggunaan media yang efektif yang
dikenal dengan istilah ASSURE. ASSURE adalah singkatan dari Analyze Learner
Characteristics, State Objective, Select, or modify media, utilize, require
learner response, and evaluate. Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam
perencanaan pembelajaran sebagai berikut: (a) Menganalisis karasteristik umum
kelompok sasaran. Apakah mereka siswa sekolah lanjutan atau perguruan tinggi,
anggota organisasi pemuda, perusahaan, usia, jenis kelamin, latar belakang
budaya, ekonomi, sosial serta menganalisis karasteristik khusus mereka yang
meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap awal mereka, (b) Menyatakan atau
merumuskan tujuan pembelajaran. Yaitu perilaku atau kemampuan baru
(pengetahuan, ketrampilan atau sikap) yang diharapkan dimiliki dan dikuasai
setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuan ini akan mempengaruhi pemilihan
media dan urut-urutan penyajian dan kegiatan belajar, (c) Memilih, memodifiaksi
atau merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat. Apabila materi
dan media pembelajaran yang telah tersedia akan dapat mencapai tujuan, materi
dan media itu sebaiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
Disamping itu perlu pula diperhatikan apakah materi dan media itu akan mampu
membangkitkan minat siswa, memiliki ketepatan informasi, memiliki kualitas yang
baik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi, (d) Menggunakan
materi dan media.
Setelah
memilih materi dan media yang tepat, diperlukan persiapan bagaimana dan berapa
banyak waktu diperlukan untuk menggunakannya. Disamping praktek dan latihan
menggunakannya, persiapan ruangan juga diperlukan seperti tata letak tempat
duduk siswa, fasilitas yang diperlukan seperti meja peralatan, listrik, dan
hal-hal lain yang harus dipersiapkan sebelum penyajian, (e) Meminta tanggapan
dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respons dan umpan
balik mengenai keefektifan proses belajar mengajar. Dengan adanya respons maka
siswa akan menampakkan partisipasi yang lebih besar terhadap proses belajar
mengajar. (f) Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi adalah untuk
mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran, keefektifan
media, pendekatan dari guru sendiri.
Ditinjau
dari segi teori belajar berbagai kondisi prinsip-prinsip psikologis yang perlu
mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai
berikut: (1) Motivasi, Harus ada kebutuhan, minat atau keinginan untuk belajar
dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan
latihan. Selain itu pengalaman yang akan dialami siswa harus relevan dan
bermakna baginya. Oleh karena itu perlu merangsang minat itu dengan perlakuan
yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran
tersebut, (2) Perbedaan Individual, Siswa belajar dengan cara dan tingkat
kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intagensia tingkat
pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan
siswa untuk belajar. Dan tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media
harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman, (3) Tujuan Pembelajaran, Siswa
hendaknya diberitahukan tentang apa yang diharapkan dari mereka mealui media
pembelajaran yang telah dipelajarinya. Dan apabila tujuan pembelajaran tersebut
difahami oleh siswa, maka kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran tersebut
semakin besar. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus
mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran, (4) Organisasi,
Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau ketrampilan fisik yang
akan dipelajari diatur dan diorganisasikan kedalam urut-urutan yang bermakna.
Siswa akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis
disusun dan diurut-urutkan secara teratur berdasarkan kompleksitas dan tingkat
kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini dalam pengembangan dan penggunaan
media, siswa dapat dibantu untuk secara lebih baik mensintesiskan dan memadukan
pengetahuan yang akan dipelajari. (5) Persiapan sebelum belajar, Dalam
merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat
persiapan siswa karena kesiapan dan pengalaman siswa disini akan menjadi
persyaratan penggunaan media dapat berhasil dengan sukses, (6) Emosi, Media
pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons, emosional
seperti: takut, cemas, empati, cinta kasih dan kesenangan. Oleh karena itu,
perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika
hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap, (7) Partisipasi,
Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang siswa harus
menginternalisasi informasi, tidak sekedar diberitahukan kepadanya. Oleh sebab
itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik
daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan
mental atau fisik yang terjadi disela-sela penyajian materi pelajaran. Dengan
partisipasi kesempatan lebih besar, terbuka bagi siswa untuk memahami dan
mengingat materi pelajaran itu, (8) Umpan Balik, Hasil belajar dapat meningkat
apabila secara berkala siswa diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan
tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada
sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang
berkelanjutan, (9) Penguatan (reinforcement), Pembelajaran yang didorong oleh
keberhasilanm amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri dan secara
positif mempengaruhi perilaku dimasa-masa yang akan datang, (10) Latihan dan
Pengulangan. Agar suatu pengetahuan dan ketrampilan dapat menjadi bagian
kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau
ketrampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan
demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang, (11) Penerapan, Hasil
belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk
menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. Siswa
hendaknya dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip
atau kaidah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian siswa diberi kesempatan
untuk bernalar dan memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur
terhadap berbagai masalah atau tugas baru.
Unsur
terpenting dari pemilihan media disini adalah untuk memenuhi kebutuhan belajar
dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses
belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu dirancang dan dikembangkan lingkungan
pembelajaran yang interaktif yang dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar
perorangan dengan menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan medianya yang efektif
guna menjamin terjadinya pembelajaran.
Berdasarkan
uraian diatas tentang prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media, maka Guru
memutuskan untuk menggunakan media gambar dua dimensi dan benda nyata. Yang
dimaksud dengan media gambar dua dimensi yaitu media yang hanya dapat dipandang
baik dengan bantuan proyektor atau tanpa bantuan proyektor. Misalnya: gambar,
sketsa, diagram, bagan, grafik, chart, lembaran balik, peta dan poster.
Sedangkan yang dimaksud dengan benda nyata yaitu benda yang sebenarnya dapat
diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara melihat, mengamati dan
memegangnya secara langsung tanpa melalui alat bantu.
C.
Pengaruh Penggunaan Media Benda Asli terhadap Prestasi Belajar Bangun Ruang
Dalam
proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.
Dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara kerumitan bahan yang akan
disampaikan dengan bantuan media.
Penggunaan
media benda asli dalam pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu
untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif, karena dapat mendorong
motivasi dan meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Setiap proses
pembelajaran dilandasi dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan,
metode, media, alat, serta evaluasi. Dalam pencapaian tujuan, peranan media
pembelajaran merupakan bagian terpenting pembelajaran yang dapat membantu siswa
lebih mudah untuk memahami materi. Dalam proses belajar mengajar media benda
asli atau nyata dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar
siswa lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan
hal tersebut, dalam pembelajaran matematika media benda asli atau benda nyata
sebenarnya sangat diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan dalam memahami
materi dalam proses belajar mengajar. Jika dalam pembelajaran matematika tidak
dapat menyajikan benda nyata, guru dapat menyajikan menggunakan media tiruan
benda nyata. Contoh penyajian dengan menggunakan benda nyata dalam materi
bangun ruang maka kita bisa mempergunakan kardus kue dan pembungkus pasta gigi
untuk membuktikan bangun balok secara langsung. Karena metode ini dapat
memberikan motivasi siswa dan memperjelas penyampaian materi sehingga siswa
dengan mudah memahami materi balok yang disampaikan dalam pembelajaran.
Penggunaan topi pesta juga membantu siswa dalam memahami kerucut.
Penggunaan
berbagai jenis media pembelajaran dapat membawa dampak yang positif dalam
proses pembelajaran. Dimana hubungan antara guru dan siswa dapat berlangsung
lebih interaktif, karena pemakaian media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar terhadap siswa.
Berbagai
pendapat mengenai manfaat dari media pembelajaran diantaranya adalah menurut
pendapat Sudjana dan Rivai (1992.24) seperti yang dikutip oleh Arsyad
(2006:214) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,
yaitu: (1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar, (2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran, (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar
pada setiap jam pelajaran, (4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan
belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Dalam
Hamalik (1994.15) seperti yang dikutip oleh Arsyad (2006:25) merinci manfaat
media pendidikan sebagai berikut: (1) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk
berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme, (2) Memperbesar perhatian
siswa, (3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh
karena itu membuat pelajaran lebih mantap, (4) Memberikan pengalaman nyata yang
dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa, (5) Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup, (6) Membantu
tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahaya, (7)
Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu
efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari
beberapa pendapat tentang manfaat penggunaan media pembelajaran didalam proses
belajar mengajar, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Media pembelajaran
dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan
meningkatkan pesan dan informasi, (2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan
mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk
belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, (3) Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Objek atau
benda yang terlalu besar untuk iklan langsung dibawah kelas dapat diganti
dengan gambar, tato, slide, film, radio atau model. Obyek atau benda yang
terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan ketentuan
miroskop, film, slide, dan gambar. Kejadian langkah yang terjadi dimasa lalu
atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman
video, film, tato, slide. Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran
darah dapat ditampilkan secara konkrit melalui film, gambar, dan slide.
Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan
media seperti computer, film, dan video. Peristiwa alam seperti terjadinya
letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan membutuhkan waktu yang
lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu, dapat disajikan melalui
teknik-teknik rekaman seperti timelapse untuk film video atau simulasi
computer, (4) Media pembelajaran dapat memberikan keamanan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi antara guru, siswa, masyarakat dan lingkungan.
Download
Laporan PTK ini secara lengkap melaluai Link Berikut:
0 komentar:
Posting Komentar