BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menciptakan model pembelajaran yang menarik
bagi siswa tidak mudah, perlu kecerrmatan dari guru dalam menentukan dan
menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran
yang akan diberikan (diajarkan) sehingga tercipta proses belajar mengajar yang
efektif. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis model
pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, dalam
pembelajaran IPS Terpadu khususnya materi sejarah persoalan belajar yang sering
dijumpai adalah siswa sulit menerima materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini
disebabkan karena siswa tidak menyukai materi pelajaran sejarah, pelajaran yang
disampaikan menjemukan, sulit dipahami, banyak menghafal dan terkesan kurang
menarik. Oleh karena itu semakin baik suatu model pembelajaran yang
dipergunakan, maka semakin mudah tujuan pembelajaran dapat tercapai. dalam
memberikan pelajaran.
Model pembelajaran efektif digunakan dalam
proses pembelajaran bergantung pada bermacam-macam faktor antara lain: tujuan
yang akan dicapai, kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran,
kemampuan siswa, besarnya kelompok yang akan diajar, waktu, dan fasilitas yang
tersedia.
Mutu pendidikan khususnya pendidikan IPS, tentunya tidak bisa lepas dari tiga faktor, yaitu sekolah sebagai tempat terlaksananya pendidikan, guru sebagai pelaksana dan siswa sebagai peserta pendidikan. Ketiga faktor tersebut menjadi kurang berarti meskipun sudah disiapkan dengan baik, jika penyampaian materi pelajaran guru menggunakan metode atau cara yang kurang tepat. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka pada setiap akhir program pembelajaran dilakukan evaluasi. Salah satu hasil evaluasi tersebut adalah prestasi belajar siswa. Namun dewasa ini prestasi belajar yang diperoleh siswa terutama dalam mata pelajaran IPS Terpadu khususnya di SMP Negeri 2 Buay Madang masih tergolong rendah.
Mutu pendidikan khususnya pendidikan IPS, tentunya tidak bisa lepas dari tiga faktor, yaitu sekolah sebagai tempat terlaksananya pendidikan, guru sebagai pelaksana dan siswa sebagai peserta pendidikan. Ketiga faktor tersebut menjadi kurang berarti meskipun sudah disiapkan dengan baik, jika penyampaian materi pelajaran guru menggunakan metode atau cara yang kurang tepat. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka pada setiap akhir program pembelajaran dilakukan evaluasi. Salah satu hasil evaluasi tersebut adalah prestasi belajar siswa. Namun dewasa ini prestasi belajar yang diperoleh siswa terutama dalam mata pelajaran IPS Terpadu khususnya di SMP Negeri 2 Buay Madang masih tergolong rendah.
Menyikapi kondisi tersebut penulis sebagai guru
IPS Terpadu kelas IX-B yang harus menyiapkan peserta didik menuju ujian akhir
sekolah dan diharapkan mampu bersaing dalam mengikuti tes masuk SMA Negeri atau
sederajar, selalu berusaha memperbaiki pembelajaran dengan mengkondisikan
pembelajaran yang memudahkan, mengasyikkan, dan menyenangkan bagi siswa. Usaha
tersebut akan diwujudkan dalam suatu penelitian tindakan kelas yang akan
menerapkan model pembelajaran Student
Team Achievement Devision (STAD) dengan variasi bermain kuis.
Model pembelajaran STAD (Student Team
Achievement Devision) adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan berdasarkan teori belajar Kognitif-Konstruktivis yang diyakini
oleh pencetusnya Vygotsky memiliki keunggulan yaitu fungsi mental yang lebih
tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu. STAD juga
memiliki keunggulan bahwa siswa yang dikelompokkan secara heterogen berdasarkan
kemampuan siswa terhadap Ilmu Pengetahuan Sosial akan terjadi interaksi yang
positif dalam menyelesaikan masalah, seperti tutor sebaya dan lain-lain. Jika
sebelumnya tidak ada interaksi antar individu, maka dalam STAD siswa dapat
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah sampai semua anggota kelompok dapat
menyelesaikan masalah. Kelompok dikatakan tidak selesai jika ada anggotanya
belum selesai.
Bermain kuis adalah permainan yang mengasyikkan bagi anak-anak usia sekolah dasar/setingkat SMP. Untuk itu pembelajaran dilanjutkan dengan bermain kuis antar kelompok agar pembelajaran IPS Terpadu yang dianggap membosankan akan berubah menjadi menyenangkan, mengasyikkan, dan akhirnya semangat belajar siswa meningkat serta hasil belajar/prestasi juga meningkat. Oleh karena itu, perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Pembebasan Irian Barat melalui model pembelajaran Student Team Achievement Devision (STAD) dengan variasi bermain kuis di kelas IX-B SMP Negeri 2 Buay Madang Tahun Pelajaran 2017/2018.
Bermain kuis adalah permainan yang mengasyikkan bagi anak-anak usia sekolah dasar/setingkat SMP. Untuk itu pembelajaran dilanjutkan dengan bermain kuis antar kelompok agar pembelajaran IPS Terpadu yang dianggap membosankan akan berubah menjadi menyenangkan, mengasyikkan, dan akhirnya semangat belajar siswa meningkat serta hasil belajar/prestasi juga meningkat. Oleh karena itu, perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Pembebasan Irian Barat melalui model pembelajaran Student Team Achievement Devision (STAD) dengan variasi bermain kuis di kelas IX-B SMP Negeri 2 Buay Madang Tahun Pelajaran 2017/2018.
1.2 Perumusan Masalah
Untuk memberi batasan permasalahan agar lebih
jelas dan terarah, maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu
sebagai berikut:
1.2.1
Bagaimana pengaruh model
pembelajaran STAD dengan variasi bermain kuis terhadap aktivitas belajar siswa
kelas IX-B SMP Negeri 2 Buay Madang?
1.2.2
Apakah model pembelajaran STAD
dengan variasi bermain kuis dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
IX-B SMP Negeri 2 Buay Madang pada materi Pembebasan Irian Barat?
1.2.3
Bagaimana pengaruh model
pembelajaran STAD dengan variasi bermain kuis terhadap motivasi belajar siswa
kelas IX-B SMP Negeri 2 Buay Madang?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk:
1.3.1
Meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam pembelajarn IPS.
1.3.2
Meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran IPS.
1.3.3
Meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajarn IPS.
1.3.4
Menjadikan guru lebih kreatif dalam
mengelola pembelajaran IPS.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada :
1.4.1
Siswa, agar mendapatkan pengalaman
belajar yang lebih menarik, menyenangkan, dan mengasyikkan.
1.4.2
Guru, agar dapat menambah wawasan
dan informasi tentang pilihan berbagai bentuk-bentuk strategi pembelajaran,
khususnya pembelajaran IPS Terpadu.
1.4.3
Lembaga pendidikan, diharapkan
dapat memberikan informasi dalam peningkatan kualitas pendidikan.
1.4.4
Penelitian lanjutan, sebagai bahan
rujukan dalam penelitian selanjutnya.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Model Pembelajaran
Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
(Hermawan, 2006:3). Sukardi (2013:29) mengemukakan, ”Model pembelajaran adalah
bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan
pelajaran oleh guru kepada siswa”. Aunurrohman (2011:141) mengatakan, ”Model
pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa”. Sedangkan Rahardjo (2012:5) menjelaskan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran di kelas untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, maupun lainnya.
Model
pembelajaran sangat beragam jenis atau macamnya. Aunurrahman (2010:147) secara
jelas menyebutkan berbagai jenis model pembelajaran sebagai berikut:
(1) The Cassical Model yaitu guru lebih menitikberatkan peranannya dalam
pemberian informasi melalui mata pelajaran maupun materi pelajaran seperti
model konvensional ceramah, (2) The
Technological Model yaitu guru menitikberatkan pada peranan pendidikan
sebagai transmisi informasi serta pencapaian kompetensi individual siswa, (3) The Personalised Model yaitu
pembelajaran dengan memperhatikan minat, pengalaman, perkembangan siswa untuk
mengaktualisasikan potensi individualitasnya, (4) The Interaction Model yaitu menitikberatkan poola interdepensi
antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam proses
pembelajaran seperti model pembelajaran langsung.
Beragamnya
model pembelajaran menjadikan sulit untuk menentukan berbagai model
pembelajaran akan diterapkan dalam pembelajaran. Aunurrohmah (2010:143) bahwa
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan model pembelajaran
sebagai berikut:
(1) Tujuan
pengajaran yaitu tingkah laku diharapkan dapat dinampakkan siswa setelah proses
belajar mengajar, (2) Materi pengajaran yaitu bahan disajikan dalam pengajaran,
(3) Besar kelas atau jumlah siswa yaitu banyaknya siswa mengikuti materi
pelajaran dalam kelas bersangkutan, (4) Kemampuan siswa yaitu kemampuan siswa
untuk menangkap serta mengembangkan bahan pelajaran, (5) Kemampuan guru yaitu kemampuan
guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran.
Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, berfungsi sebagai pedoman
guru dalam merancang serta melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola
lingkungan pembelajaran maupun mengelola kelas. Model pembelajaran merupakan
cara atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
agar tercapai tujuan pembelajaran.
2.2
Model
Pembelajaran Student Team Achievement
Devision (STAD)
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota
saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan
teori belajar kognitif-konstruktivis. Salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang
penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa
fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama
antar individu. Implikasi dari teori Vygotsky ini dapat berbentuk pembelajaran
kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif ini juga sesuai dengan yang
dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL (contextual teaching and learning), yaitu
tentang learning community (Depag RI, 2004).
Langkah-langkah model pembelajaran Student Teams Achievment Division (STAD)
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel : 2.1 Langkah-langkah
Model Pembelajaran STAD
No
|
Fase
|
Tingkah
Laku Guru
|
1.
|
Fase
1:
Menyampaikan
kompetensi yang diharapkan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator yang diharapkan, dan memotivasi siswa belajar.
|
2.
|
Fase
2:
Menyajikan
informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi
atau lewat bahan bacaan.
|
3.
|
Fase
3:
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok bekerja dan belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan diskusi secara
efisien.
|
4.
|
Fase
4:
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka.
|
5.
|
Fase
5:
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
6.
|
Fase
6:
Memberikan
penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya hasil
belajar individu maupun kelompok.
|
2.3
Bermain Kuis
Bermain kuis atau dikenal dengan strategi
pembelajaran Team Quiz.
Langkah-langkah pembelajaran Team Quiz adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah pembelajaran Team Quiz adalah sebagai berikut:
1.
Guru membentuk tiga kelompok
(disesuaikan jumlah siswa).
2.
Membagi tugas secara bergantian
untuk membuat soal, jawaban dan penilaian.
3.
Buat skor masing-masing jawaban
tiap kelompok (Depag. RI, 2001).
Team Quiz adalah suatu kegiatan tanya jawab
antar kelompok. Dalam kegiatan bertanya dan menjawab akan terjadi proses
belajar yang tidak membosankan. Keterampilan bertanya menjadi penting jika
dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan ”Berfikir itu sendiri adalah bertanya”
(Hasibuan dan Moejiono, 2004). Pengertian bertanya adalah ucapan verbal yang
meminta respons dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat
berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan.
Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong berfikir (Hasibuan dan
Moejiono, 2004).
Dari pendapat dan pengertian tersebut, bertanya
menunjukkan bahwa, baik yang bertanya maupun yang menjawab telah terjadi proses
berfikir dari dirinya. Sedangkan berfikir merupakan proses belajar.
Pemecahannya adalah mengajukan pertanyaan tentang semua informasi penting. Di
samping itu, pertanyaan-pertanyaan tentang fakta yang disampaikan dengan
kata-kata sendiri, bukannya mengulang tepat seperti yang tertulis, membantu
siswa mempelajari makna teks itu dan bukannya sekedar menghafalkannya (Mohamad
Nur,1998). Pendapat ini mendukung bahwa memberi kesempatan kepada siswa untuk
membuat pertanyaan-pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari teman adalah sama
dengan memberi kesempatan belajar kepada siswa, sehingga pembelajaran berpusat
pada siswa atau student center.
2.4
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian
prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian
belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang
berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil
diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Sehubungan
dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi
belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana
yang dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa
“prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah:
“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.” Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar
siswa.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat
dijelaskan bahwa Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari
pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan
psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil
pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen
tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar.
2.5
Pembebasan Irian Barat
2.5.1
Latar
Belakang Pembebasan Irian Barat
Pengembalian Irian Barat menjadi masalah
penting bagi pemerintah Indonesia sejak tahun 1950, yaitu satu tahun setelah penandatanganan
KMB. Salah satu isi perjanjian tersebut adalah Belanda akan menyerahkan Irian
Barat kepada Indonesia satu tahun setelah pengakuan kedaulatan. Keputusan
tersebut tidak pernah ditepati oleh Belanda. Oleh karena itu, pemerintah
Indonesia berjuang dengan segala cara untuk merebut kembali Irian Barat dari
tangan Belanda.
2.5.2 Perjuangan Pemerintah
RI dalam Upaya Pembebasan Irian Barat
Dalam upaya pembebasan
tersebut, bangsa Indonesia menggunakan dua cara. Tahap pertama dengan cara
diplomasi, baik dengan Belanda maupun dalam forum internasional. Sedang tahap kedua
dengan cara konfrontasi baik konfrontasi politik,
ekonomi, maupun militer.
2.5.3
Pelaksanaan
Pepera di Irian Barat
Sebagai tindak lanjut dari Persetujuan
New York, Sekjen PBB menunjuk Rolsz Bennet dari Guatemala sebagai Gubernur
UNTEA merangkap wakil Sekjen PBB di Irian Barat. Berdasar Persetujuan New York
tahun 1962, di Irian Barat diselenggarakan act of free choice atau
Penentuan Pendapat Rakyat (pepera). Dewan Musyawarah Pepera dengan suara bulat memutuskan
bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari Republik Indonesia.
Download
Laporan PTK ini secara lengkap melaluai Link Berikut:
0 komentar:
Posting Komentar