BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bahasa
Indonesia merupakan salah satu pelajaran wajib diajarkan disekolah. Mata
pelajaran bahasa Indonesia penting karena merupakan alat untuk mempelajari
pelajaran lainnya. Oleh karena itu, kemampuan menguasai materi pelajaran bahasa
Indonesia sangat berpengaruh pada
pelajaran lainnya. Semakin tinggi penguasaan pelajaran bahasa Indonesia,
diharapkan akan semakin tinggi penguasaan pelajaran lainnya.
Dalam kurikulum sekolah mulai dari tingkat dasar sampai menengah, mata pelajaran bahasa Indonesia wajib diajarkan kepada siswa agar siswa mengenali, memahami dan mencintai bahasa negaranya sendiri. Pengenalan mata pelajaran bahasa Indonesia perlu diberikan sejak dini kepada siswa sejak duduk dibangku Sekolah Dasar. Kegiatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia meliputi beberapa aspek, antara lain: Mendengarkan, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Dalam materi pelajaran bahasa Indonesia, keempat aspek kebahasaan tersebut juga tertuang dalam
kurikulum 2004 ditambah dengan aspek Apresiasi Sastra.
Salah satu kegiatan dalam mengapresiasi sastra adalah menyimak laporan.
Laporan mempunyai fungsi informatif. Artinya, laporan dapat
dijadikan sebagai sumber pengalaman orang lain jika melakukan hal serupa.
Selain itu, laporan juga berfungsi sebagai bahan dokumen. Artinya, laporan
tersebut dapat dijadikan bahan studi dan bahan perbandingan orang lain. Laporan
juga dapat dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban. Artinya, dapat digunakan
untuk pertanggungjawaban kepada atasan.
Berdasarkan
hasil observasi pendahuluan dengan menugaskan siswa menyimak laporan diketahui
dari 28 siswa hanya terdapat 6 atau 21,43% dapat memahami isi laporan sehingga
mampu menjelaskan kembali. Adapun 22 siswa atau 78,57% lainnya belum dapat memahami
isi laporan sehingga tidak mampu menjelaskan kembali isi laporan tersebut. Data
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan menyimak laporan siswa kelas VIII-B SMP
Negeri 2 Buay Madang tergolong rendah. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu
tindakan perbaikan guna meningkatkan kemampuan menyimak laporan.
Berdasarkan
masalah yang diketemukan yaitu rendahnya kemampuan menyimak laporan siswa
akibat kekurangtepatan pengelolaan pembelajaran dilakukan guru, maka pada
penelitian ini ditawarkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Think
Pair Share untuk diterapkan pada pembelajaran menyimak laporan. Pemilihan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share didasarkan pada asumsi
bahwa model pembelajaran Cooperative Learning
tipe Think Pair Share merupakan
satu bentuk model pembelajaran pembelajaran berbasis aktivitas belajar siswa.
Penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning model Think Pair Share dimungkinkan
siswa dapat berlatih menyimak laporan secara langsung pada kelompok-kelompok
kecil. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran Cooperative Learning model Think
Pair Share diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyimak laporan siswa
kelas VIII-B SMP Negeri 2 Buay Madang.
Atas dasar
asumsi guru terhadap model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share, Guru
bermaksud mengadakan suatu penelitian berbentuk tindakan kelas untuk
meningkatkan kemampuan menyimak laporan siswa melalui model pembelajaran Cooperative Learning model Think Pair Share. Oleh karena itu, pada
penelitian ini dirumuskan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Laporan
Melalui model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share Siswa
Kelas VIII-B SMP Negeri 2 Buay Madang Tahun Pembelajaran 2015/2016”.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah merupakan satu bentuk upaya generalisasi pokok masalah penelitian.
Masalah dirumuskan menggunakan kalimat tanya untuk dicarikan jawabannya melalui
penelitian. Seluruh kegiatan penelitian dilaksanakan untuk memperoleh jawaban
dari rumusan masalah. Oleh karena itu, pada penelitian ini dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana penerapan model
pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share dalam
pembelajaran menyimak laporan di kelas VIII-B SMP Negeri 2 Buay Madang?
2.
Bagaimana kemampuan menyimak
laporan siswa kelas VIII-B SMP Negeri 2 Buay Madang setelah penerapan model
pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share?
3.
Apakah melalui
penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Think Pair Share dapat meningkatkan
kemampuan menyimak laporan siswa kelas VIII-B SMP
Negeri 2 Buay Madang?
1.3
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian merupakan arah maksud penelitian dilaksanakan. Setiap tindakan guru
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan.
Tujuan penelitian dirumuskan berdasarkan rumusan masalah. Oleh karena itu,
berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah.
1.
Mengetahui penerapan model
pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share dalam
pembelajaran menyimak laporan di kelas VIII-B SMP Negeri 2 Buay Madang.
2.
Mengetahui kemampuan menyimak
laporan siswa kelas VIII-B SMP Negeri 2 Buay Madang setelah penerapan model
pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share.
3.
Mengetahui ada tidaknya
peningkatan kemampuan menyimak laporan melalui penerapan model
pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share siswa kelas VIII-B
SMP Negeri 2 Buay Madang.
1.4
Manfaat
Penelitian
1)
Bagi Guru, Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang manfaat pentingnya model
pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share
terhadap peningkatan pembelajaran membaca berita. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan pedoman guru melaksanakan pembelajaran menyimak
laporan melalui penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Think Pair Share.
2)
Bagi Sekolah, Penelitian
ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia aspek menyimak
laporan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan menyimak laporan. Selain itu,
keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah sehingga dapat berimplikasi pada peningkatan hasil maupun prestasi
belajar siswa.
3)
Bagi Siswa, diharapkan
melalui penelitian ini siswa dapat memperoleh pengalaman belajar secara
langsung menggunakan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Think Pair Share. Penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan wawasan siswa terkait pembelajaran bahasa
Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan siswa untuk
lebih berprestasi melalui penerapan prinsip-prinsip belajar menggunakan model
pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share. Melalui
penelitian ini diharapkan siswa akan lebih termotivasi mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar menyimak
laporan siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
Model Pembelajaran
Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
(Hermawan, 2006:3). Sukardi (2013:29) mengemukakan, ”Model pembelajaran adalah
bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan
pelajaran oleh guru kepada siswa”. Aunurrohman (2011:141) mengatakan, ”Model
pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa”. Sedangkan Rahardjo (2012:5) menjelaskan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran di kelas untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, maupun lainnya.
Model
pembelajaran sangat beragam jenis atau macamnya. Aunurrahman (2010:147) secara
jelas menyebutkan berbagai jenis model pembelajaran sebagai berikut:
(1) The Cassical Model yaitu guru lebih menitikberatkan peranannya dalam
pemberian informasi melalui mata pelajaran maupun materi pelajaran seperti
model konvensional ceramah, (2) The
Technological Model yaitu guru menitikberatkan pada peranan pendidikan
sebagai transmisi informasi serta pencapaian kompetensi individual siswa, (3) The Personalised Model yaitu
pembelajaran dengan memperhatikan minat, pengalaman, perkembangan siswa untuk
mengaktualisasikan potensi individualitasnya, (4) The Interaction Model yaitu menitikberatkan poola interdepensi
antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam proses
pembelajaran seperti model pembelajaran langsung.
Beragamnya
model pembelajaran menjadikan sulit untuk menentukan berbagai model
pembelajaran akan diterapkan dalam pembelajaran. Aunurrohmah (2010:143) bahwa
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan model pembelajaran
sebagai berikut:
(1) Tujuan
pengajaran yaitu tingkah laku diharapkan dapat dinampakkan siswa setelah proses
belajar mengajar, (2) Materi pengajaran yaitu bahan disajikan dalam pengajaran,
(3) Besar kelas atau jumlah siswa yaitu banyaknya siswa mengikuti materi
pelajaran dalam kelas bersangkutan, (4) Kemampuan siswa yaitu kemampuan siswa
untuk menangkap serta mengembangkan bahan pelajaran, (5) Kemampuan guru yaitu kemampuan
guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran.
Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, berfungsi sebagai pedoman
guru dalam merancang serta melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola
lingkungan pembelajaran maupun mengelola kelas. Model pembelajaran merupakan
cara atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
agar tercapai tujuan pembelajaran.
2.2
Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Think Pair Share
Pembelajaran
dapat dilakukan secara individual maupun secara kelompok. Pembelajaran secara
kelompok dikenal dengan istilah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif didasarkan pada nilai-nilai dasar manusia yaitu sebagai zoon politicon atau makhluk sosial.
Model pembelajaran kelompok dikembangkan untuk menumbuhkan rasa sosial siswa
sebagai implementasi konsep belajar learning
to life together.
2.2.1
Pengertian
Model Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative learning
adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Isjoni
(2010:15) menjelaskan model pembelajaran cooperative learning sebagai berikut:
Cooperative
learning berasal
dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok
atau satu tim. Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran
dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah
4 – 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah
dalam belajar.
Berdasarkan
penjelasan dasar filosofis model pembelajaran cooperative learning dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning dilaksanakan
melalui sistem gotong royong. Hal tersbut sesuai karakteristik siswa yaitu homo
homini socius yang senantiasa membutuhkan manusia lainnya. Untuk mencapai
hasil maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong
royong, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap
muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
2.2.2
Cooperative Learning Tipe Think Pair Share
Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran Cooperative Learning.
Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas
Maryland pada tahun 1985. Think Pair Share merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan
pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Zaini
(2013:82) menjelaskan, ” Think Pair Share adalah salah satu bentuk
model pembelajaran cooperative learning yang
memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada
orang lain”. Think Pair Share memberi kesempatan sedikitnya delapan kali
lebih banyak kepada siswa untuk dikenali serta menunjukkan partisipasi mereka
kepada orang lain.
Berkaitan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share, Arends (dalam
Rahardjo, 2012:236) mengemukakan sebagai berikut.
Think Pair Share merupakan suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. Think Pair Share dilaksanakan berdasarkan asumsi bahwa semua
resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, prosedur digunakan pada Think Pair Share dapat memberi
siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu.
Think Pair Share merupakan bentuk pembelajaran sederhana dimana ketika
guru menyampaikan pelajaran,
siswa duduk berpasangan antara tim mereka. Guru memberikan pertanyaan didalam
kelas. Siswa diarahkan berfikir menuju sebuah jawaban pada pasangan mereka,
kemudian teman mereka mencapai kesepakatan pada sebuah jawaban. Akhirnya, guru
menanyakan untuk berbagi jawaban mereka pada saat istirahat.
Berdasarkan
pengertian Think Pair Share dapat disimpulkan bahwa Think Pair Share merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini menggunakan
metode diskusi berpasangan dilanjutkan diskusi pleno. Melalui Think
Pair Share siswa
dilatih bagaimana mengutarakan pendapat. Siswa pada penerapan Think
Pair Share juga belajar
menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan
pembelajaran. Karakteristik Think Pair Share
adalah siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, saling berbagi
menyelesaikan permasalahan.
2.2.3
Langkah
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Think Pair Share
Menurut
Atik (2007:5), karakteristik model kooperatif tipe Think Pair Share ada
3 langkah utama dilaksanakan selama proses pembelajaran, yaitu langkah Think
(berpikir secara individu), pair (berpasangan) dan share (berbagi
jawaban bersama pasangan lain atau seluruh kelas). Masing-masing langkah
diuraikan sebagai berikut.
1)
Think (Berpikir)
Pada
tahap think guru mengajukan suatu
pernyataan atau masalah dikaitkan materi pembelajaran. Pada tahap ini siswa
diberikan tugas untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah
diajukan. Guru dalam menentukan batasan waktu pada tahap ini harus
mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan diberikan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya teknik time atau waktu berfikir
untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka
sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru
dapat mengurangi masalah adanya siswa berbicara, karena tiap siswa memiliki tugas
untuk dikerjakan sendiri.
2)
Pair (Berpasangan)
Langkah
kedua ini guru menugasi siswa untuk berpasangan. Siswa bersama pasangannya
bertugas untuk mendiskusikan mengenai materi pembelajaran yang telah mereka
pikirkan. Interaksi selama proses ini dapat menghasilkan jawaban bersama.
Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka
sebelumnya sehingga hasil didapat menjadi lebih baik karena siswa mendapat
tambahan informasi dan pemecahan masalah lain.
3)
Share (Berbagi)
Pada
langkah akhir ini guru menugasi pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil
pemikiran bersama pasangan lain atau n seluruh kelas. Pada langkah ini akan
menjadi lebih efektif apabila guru berkeliling dari psangan satu kepasangan
lainnya. Langkah share merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini menolong semua kelompok untuk menjadi lebih memahami
mengenai pemecahan masalah diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain.
Berdasarkan
langkah-langkah penerapan Think Pair Share, pada penelitian ini disusun langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut.
Tabel 2.1
Langkah Pembelajaran Menyimak Laporan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Think Pair Share
No
|
Tahap
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
1
|
Pendahuluan
|
1. Guru
membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan melakukan absensi
2. Guru
memberikan apersepsi dengan menanyakan “Apakah kalian pernah menyimak
laporan?”
3. Guru
memberikan motivasi dengan memutarkan vidio pembacaan laporan menggunakan
proyektor.
4. Guru
menyebutkan standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran serta
indikator keberhasilan belajar siswa
5. Guru
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
|
1. Siswa
menjawab salam dan mengikuti absensi.
2. Siswa
menjawab pertanyaan guru sesuai tingkat pemahamannya.
3. Siswa
menyimak teknik membaca teks berita pada vidio.
4. Siswa
menyimak penjelasan guru
5. Siswa
memperhatikan penjelasan guru
|
2
|
Inti
|
Think
1. Guru
memberikan penjelasan singkat teknik menyimak laporan kepada siswa.
2. Guru
mengajak siswa berpikir dengan mengajukan permasalahan “bagaimana cara kalian
menyimak laporan sehingga mampu menceritakan kembali isi laporan tersebut?
Pair
3. Guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 orang siswa
setiap kelompoknya
Share
4. Guru
menugaskan siswa untuk membacakan jawaban dari pertanyaan pada tahap Think kepada siswa satu kelompoknya
secara bergiliran.
5. Guru
menugaskan siswa untuk mendiskusikan hasil jawaban masing-masing siswa.
6. Guru
meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
7. Guru
melakukan evaluasi
|
1. Siswa
menyimak penjelasan guru dan mencatat materi pembelajaran yang dianggapnya
penting
2. Siswa
menulis jawabannya pada lembaran kertas
3. Siswa
mengkondisikan diri dalam kelompok
4. Siswa
membacakan jawabannya kepada kelompoknya.
5. Siswa
mendiskusikan jawabannya bersama siswa lain satu kelompok.
6. Siswa
perwakilan kelompok ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
7. Siswa
mengikuti evaluasi
|
3
|
Penutup
|
1.
Guru menyimpulkan materi pembelajaran
2.
Guru merefleksi kegiatan pembelajaran
dan memberikan penguatan
3.
Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam
|
1. Siswa
mencatat kesimpulan yang diberikan guru
2. Siswa
menyimak penjelasan guru
3. Siswa
menjawab salam
|
Diadobsi Dari Kunandar (2009:367)
2.3
Menyimak
Laporan
Laporan mempunyai fungsi informatif.
Artinya, laporan dapat dijadikan sebagai sumber pengalaman orang lain jika melakukan
hal serupa. Selain itu, laporan juga berfungsi sebagai bahan dokumen. Artinya,
laporan tersebut dapat dijadikan bahan studi dan bahan perbandingan orang lain.
Laporan juga dapat dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban. Artinya, dapat digunakan
untuk pertanggungjawaban kepada atasan.
Contoh laporan perjalanan berikut ini!
Laporan Perjalanan Ingin kembali ke Bawean ....
Perasaan lega langsung menyeruak tatkala
kapal telah sampai di Pelabuhan
Sangkapura,
Pulau Bawean. Betapa tidak, perjalanan selama tiga jam yang baru saja berlalu
itu rasanya lama sekali.
Ketika kaki mulai melangkah ke luar, rasanya
segala keluh kesah dan kepenatan sepanjang perjalanan langsung lenyap. Udara
segar dan terpaan angin pantai seolah melenyapkan sengatan mentari yang tepat berada
di atas kepala.
Di dermaga, ratusan warga telah menunggu
kedatangan satu-satunya kapal penumpang yang melayani jalur Gresik-Bawean itu.
Mereka umumnya adalah warga yang menjemput sanak kerabatnya yang pulang dari
merantau.
Pulau Bawean terletak di Laut Jawa dan
secara administratif masuk wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pulau yang
terdiri atas dua kecamatan, Sangkapura dan Tambak ini sungguh kaya objek
wisata. Salah satu yang dituju adalah Pantai Tanjung Anyar di Dusun Tenggen,
Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura.
Di Tanjung Anyar terdapat juga kampung
nelayan yang dihuni sekitar 300 penduduk. Di sepanjang pantainya terdapat pohon-pohon
kelapa dan beberapa pohon besar berbagai jenis.
Keindahan Pantai Tanjung Anyar akan lebih
terasa pada senja menjelang matahari terbenam. Suguhan kesenian tradisional oleh
penduduk dan sajian berbagai jenis ikan laut bakar melengkapi keindahan itu.
Di bawah salah satu pohon besar terdapat
makam yang panjangnya sekitar 12 meter sehingga dikenal sebagai makam panjang
atau dalam bahasa setempat disebut jherat lanjheng. Tidak jauh dari
makam itu juga ada makam lagi dengan panjang sekitar 9 meter. Kedua makam itu
diyakini sebagai makam dari Dora dan Sembada, dua pembantu setia Prabu Aji
Saka. Aji Saka sendiri adalah raja di Jawa dari abad ke-6 Masehi yang mengalahkan
Prabu Dewatacengkar, penguasa Kerajaan Medang.
Di antara kedua makam pembantunya tersebut,
Aji Saka membuat prasasti di atas batu besar dalam huruf Jawa Kuno. Tulisan di
prasasti itu yang dianggap sebagai asal dari hurufhuruf Jawa Kuno atau dikenal
sebagai hanacaraka. Sayangnya, batu prasasti tersebut sudah dihancurkan
penduduk untuk dijadikan fondasi jembatan di desa. Selain Tanjung Anyar, terdapat
juga Danau Kastoba di Desa Promaan. Perjalanan ke Desa Promaan ditempuh dalam
satu jam dari Sangkapura melalui jalan lingkar utama Bawean.
Sesampai di Desa Promaan, kendaraan harus
melintasi jalan desa sampai ke Dusun Candi yang menjadi gerbang ke Danau Kastoba.
Di dusun itu ada bangunan lumbung padi dari kayu yang biasa disebut durung-durung
di depan tiap rumah penduduk.
Danau itu berada di Cagar Alam Pulau
Bawean, di tengahtengah pulau dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut.
Danau Kastoba luasnya sekitar dua kilometer persegi dengan kedalaman 147 meter.
Belum adanya jalan yang mengelilingi danau membuat pemandangan benar-benar
masih alami. Nama Kastoba diambil dari nama pohon kastuba (Euphorbia pulcherrima)
yang dulu banyak tumbuh di sana.
Beberapa ekor burung belibis liar yang
berenang di tepi danau langsung terbang menjauh saat kami datang. Jika
beruntung, kita bisa melihat kawanan rusa Bawean (Azil kuhli) minum di tepi
danau. Rusa bawean merupakan satwa endemis pulau itu yang tidak dijumpai di
tempat lain.
Beberapa peneliti yang pernah singgah di
danau itu memperkirakan, Danau Kastoba adalah bekas kawah gunung api purba.
Warga setempat menyebutkan, warna air danau bisa berubah menjadi tiga warna,
yaitu merah, hijau, dan seperti berminyak. Adanya aroma belerang di sekitar
danau juga mengindikasikan bahwa danau itu dulunya adalah kawah gunung berapi.
Sumber: Kompas, 26 September 2007, dengan ubahan
seperlunya.
Download
Laporan PTK ini secara lengkap melaluai Link Berikut:
0 komentar:
Posting Komentar